MENUJU
PERKULIAHAN
YANG IDEAL
Oleh
Amy Muharam*
Kuliah merupakan suatu hal yang biasa bagi seorang mahasiswa, mungkin
setiap hari kalau kita bertanya kepada mahasiswa. Acaramu
besak apa? Biasanya jawabannya aku
kuliah anu, kemudian kuliah anu dan
seterusnya. Ada suatu hal yang menarik disini yaitu kata
kuliah. Karena disinilah salah satu bentuk transfer ilmu dari seorang dosen
kepada mahasiswa untuk bisa menguasai materi yang disampaikannya. Kuliah juga
bisa dibilang faktor penentu dimana seorang mahasiswa bisa menguasi materi yang disampaikan dosen atau nggak.
Permasalahan yang akan disinggung sekarang adalah seberapa efektif kah
sistem-sistem perkuliahan yang
telah dilaksanakan di Jurusan Geodesi karena ini akan menentukan
kualitas-kualitas lulusan Jurusan Geodesi pada nantinya.
Pengalaman
saya kuliah di ‘GEODESI’ memang cara dosen dalam menyampaikan materi
beraneka ragam. Ada yang membuat saya terkesan dengan cara penyampaiannya
sehingga saya termotivasi untuk belajar dan ingin sekali menguasai
materi yang disampaikannya. Tapi ada juga yang biasa-biasa saja bahkan
sangat menjenuhkan dan membosankan sehingga kalau kita tahu jadwal dosen
tersebut mengajar ‘beribu-ribu’
alasan muncul dipikiran agar tidak
masuk kuliahnya. Dan yang saya rasakan persentase antara dosen yang bisa
memotivasi mahasiswa belajar dengan dosen yang menjenuhkan terasa lebih banyak
yang menjenuhkannya. Sehingga ketika masuk kuliah itu ya hanya sekedar mengisi
presensi kemudian mendengar dan kadang-kadang ngobrol tanpa merasa ingin tahu
apa yang sebenarnya yang ingin disampaikan oleh dosen tersebut bahkan rasa penasaran terhadap meteri tersebut tidak muncul
sedikitpun apa lagi pikiran-pikiran kritis sehingga kita bagaikan orang yang
sedang kuliah dengan raga ada diruang kuliah tapi jiwa bergentayangan
dimana-mana.
Kalau saya amati bahwa mahasiswa yang benar-benar menyenangi bahkan bisa
dikatakan menguasai mata kuliah ,bukan dikarenakan oleh mudah
atau sulitnya mata kuliah tersebut, tetapi dari cara dosen menyampaikan
materi itu. Kadang ada mata kuliah yang sebenarnya itu mudah tetapi karena cara
penyampaiannya yang kurang komunikatif sehingga
persepsi mahasiswa terhadap mata kuliah tersebut terasa sulit. Dan begitupun
sebaliknya walaupun mata kuliah tersebut itu
sebenarnya sulit tapi karena penyampaiannya yang menyenangkan dan komunikatif
membuat mahasiswa termotivasi untuk belajar dan menguasai mata kuliah tersebut
sehingga mata kuliah yang sukar tersebut terasa mudah dan ringan. Sehingga
disini kelihatan bahwa Dosen yang cara penyampaiannya bagus akan menentukan
minat penguasaan matakuliah bagi mahasiswa.
Dalam penyampaian materi diharapkan dosen bukan sekedar transfer ilmu
dari dosen ke mahasiswa tetapi juga bisa memotivasi mahasiswa untuk membuat
penasaran agar dia ingin sekali menguasai materi yang disampaikan, dan untuk
mencapai itu mungkin dibutuhkan wawasan dan juga pengalaman dosen yang luas
sehingga pesan-pesan yang disampaikan terasa berkesan bagi mahasiswanya.
Untuk membuat perkuliahan yang efektif mungkin bukan dari sisi dosen saja
yang menjadi faktor keberhasilan penguasaan materi kuliah, tetapi juga faktor
mahasiswanya pun merupakan faktor yang cukup dominan untuk mancapai ke efektifan
dalam kuliah. Mungkin karena literatur yang memadai kurang begitu banyak
tersedia sehingga mahasiswa hanya mengandalkan diktat-diktat yang dibuat dosen
yang bersangkutan sedangkan kalau dilihat diktat-diktat itu merupakan intisari
dari berbagai buku. Sehingga kalau untuk hafalan mungkin diktat itu bagus tetapi
kalau untuk penalaran dan pemahaman materi itu terlihat kurang begitu bagus
karena mempunyai keterbatasan dalam memberikan materi secara mendalam. Memang
kitapun menyadari bahwa literatur tersebut sudah tersedia diperpustakaan, Cuma
masalahnya berbahasa Inggris, kita pun sadar bahwa sudah saatnya kita
menggunakan literatur semacam itu, dimana penguasaaan bahasa asing harus
benar-benar dipunyai oleh seorang mahasiswa. Tapi sayangnya mental-mental kita
tidak seperti itu, yang terlihat sekarang mahasiswa banyak yang langsung
‘Hengkang” ketika membaca text book berbahasa Inggris. Bukan maksud saya untuk memanjakan
mahasiswa sekarang dengan meminta pihak jurusan untuk menyediakan
literatur-literatur berbahasa Indonesia tapi yang saya amati terlihat bahwa
mahasiswa-mahasiwa enggan untuk berlama-lama membaca buku berbahasa Inggris
sehingga mereka memilih tidak membaca sama sekali walaupun saya tidak menafikan
bahwa banyak mahasiswa yang dengan uletnya membaca literatur berbahasa Inggris
sehingga mereka mempunyai dua keuntungan selain bisa menguasai materi mata
kuliah tersebut mereka juga memantapkan bahasa Inggrisnya, tapi sayangnya jumlah
mahasiswa seperti itu sangat sekali persentasenya. Mungkin ada baiknya kita
melihat ke belakang sebentar seperti yang dilakukan pemerintahgan Jepang yang
dengan ‘Restorasi Meiji’-nya
mereka mencoba menerjemahkan literatur-literatur barbahasa asing ke dalam bahasa
jepang supaya teknologi-teknologi yang dibuat oleh orang-orang barat bisa
dikuasai bangsa jepang. Dan hasilnyapun sudah terasa sekarang, Jepang merupakan negara terkuat dalam
teknologinya maupun ekonominya. Memang itu terlalu besar buat kita yang cuma
sekedar sebuah Jurusan di UGM ini, tapi minimal ini menjadi sebuah refleksi buat
kita untuk mengkoreksi atas kenyataan yang terjadi sekarang ini sekaligus
menilai sudahkah kita pada jalur yang benar dan tepat.
Dan satu hal lagi, peralatan-peralatan
yang ada di Jurusan Geodesi jangan terlalu eksklusif dari tangan mahasiswa
sehingga mahasiswa sulit ingin mengembangkan keterampilannya dalam menguasai
alat dikarenakan begitu ketatnya peraturan dalam peminjaman alat dengan alasan
alatnya mahal. Kita pun sebenarnya mengerti bahwa peralatan itu mahal, tapi
karena ketakutan rusak itu membuat alat tersebut tidak pernah tersentuh oleh
tangan mahasiswa. Dan walaupun alat tersebut tidak tersentuh oleh tangan-tangan
mahasiwa, alatnyapun tetap rusak
dikarenakan jarang digunakan dan karena dimakan waktu. Jadi menurut saya sudah
saatnya kita mengeavaluasi kembali untuk menerapkan kebijakan seperti itu karena
saya kita hal seperti merupakan rasa ketakutan yang berlebihan dari Jurusan.
Karena kita jadi rugi alatnya tetap rusak dan mahasiwa juga merasa asing dengan
alat-alat mahal tersebut karena tidak pernah diberi kesempatan untuk mencoba
mengoperasikannya. [* Mahasiswa angkatan 99]
( rubrik
ini disediakan untuk para mahasiswa yang ingin menyampaikan opininya tentang
hal-hal yang berhubungan dengan jurusan geodesi demi terciptanya geodesi yang
berkualitas. Silahkan kirimkan opini anda ke redaksi geodeta beserta identitas
lengkap beserta foto. Opini yang menarik akan dimuat dalam setiap terbitan
geodeta)